Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia pun juga berubah. Tantangan yang dihadapi juga berubah. Pakar komunikasi yang juga menekuni profesi menjadi presenter Erwin Parengkuan menyebutkan, ada dua tantangan yang dihadapi masyarakat kini, khususnya generasi muda.
Hal pertama yang menjadi kelemahan dan harus diselesaikan oleh generasi muda adalah kebiasaan menyukai hal yang instan. Apapun diinginkan dalam bentuk instan termasuk dalam memeroleh kehidupan yang lebih baik. Anak muda zaman sekarang, ada sebagian yang inginnya cepat, mereka hanya menginginkan hasil akhirnya saja.
Misalnya saja dalam melihat sosok Raditya Dika, banyak anak muda yang ingin menjadi penulis multitalenta dan sukses seperti dia. Tapi, mereka tidak melihat dan tidak mau mengethaui bagaimana Dika mencapai posisi puncaknya itu. Mereka hanya mengikuti dan melalui pola pekerjaan karier Dika yang bisa mereka lihat.
Tendesinya hanya melihat dari kulit luarnya saja, tidak mau melihat sampai darah, usus atau ke urat-uratnya.
Tak hanya itu, kendala bahasa sebagai salah satu kelemahan dan tantangan buat anak muda masa kini. Bahasa Indonesia yang sering di campur dengan bahasa yang tidak baku menjadi lumrah dan justru dipakai terus menerus, seperti (loe, gue,), yang lainnya membedakan kita dan kami. Ternyata masih banyak orang yang belum bisa membedakan terminologi sederhana itu.
Kata (kita dan kami) konteksnya sudah kacau. Orang yang sudah dewasa dan berasal dari kalangan eksekutid saja masih masih bingung membedakannya. Penyiar radio juga banyak yang salah untuk mengucapkan kata itu.
Masalah bahasa yang lainnya adalah ketika banyak orang menggunakan kata tanpa mengetahui maksud dan arti kata itu sebenarnya.
Seperti contoh suatu pesan singkat. "Bro, udah plg ke Indon"
Untuk pemilihan kata lainnya memang oke-oke saja, tapi kata 'Indon' adalah kata yang buruk. Kata Indonesia tidak layak disingkat denagn sebutan 'Indon'. Sebab, sebutan itu sudah dipakai negara tetangga untuk mendiskreditkan bangsa Indonesia.
Yang miris, banyak orang Indonesia yang justru menyingkat nama negaranya dengan sebutan itu.
Anak sekarang dengan mudah mengambil bahasa yang mereka cerna tanpa meriset artinya apa. Padahal, bahasa adalah komponen identitas negara yang sangat penting.
Post a Comment