Berada di daerah tropis membuat Indonesia menjadi
salah satu negara yang rentan terhadap penyebaran virus zika, yang
sedang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Hal itu disebabkan
vektor yang membawa viruz zika, yaitu Aedes aegypti penyebarannya sangat
luas di daerah tropis.
Peneliti Dengue dari Eijkman Institute Tedjo Sasmono mengatakan potensi
penyebaran virus zika akan sama dengan dengue penyebab demam berdarah
karena memiliki vektor yang sama.
Mengutip dari CNN. "Indonesia tentu saja rentan karena vektor zika dan dengue sama-sama," kata Tedjo.
Virus yang sudah ditemukan sejak 1974 di Uganda itu sebenarnya tidak
memiliki dampak yang lebih berbahaya dibandingkan demam berdarah yang
bisa menyebabkan kematian. Gejalanya pun ringan, seperti demam, bintik
merah pada kulit, sakit kepala, nyeri sendi, tidak berenergi, lemah, dan
mata yang memerah.
Dikutip dari USA Today, gejala tersebut biasanya terlihat
setelah 3-12 hari setelah seseorang digigit nyamuk yang membawa virus
tersebut. Sementara gejalanya akan bertahan selama 2-7 hari. Virus zika
juga tidak akan mengakibatkan komplikasi yang fatal pada orang dewasa
dan anak-anak.
Virus zika mendadak populer ketika di Brasil ditemukan kasus kelahiran bayi dengan mikrosefali dari seorang ibu yang mengidap virus zika. Mikrosefali merupakan kondisi neurologis langka yang menyebabkan lingkar kepala bayi memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran kepala bayi pada umumnya.
Tedjo mengatakan, meski hubungan antara viruz zika dan mikrosefali pada bayi yang baru lahir, dari pengidap virus zika belum jelas benar dan belum bisa dijelaskan mekanismenya, tapi pihak pemerintah Brasil sudah mengkonfirmasi adanya kasus tersebut.
Virus zika mendadak populer ketika di Brasil ditemukan kasus kelahiran bayi dengan mikrosefali dari seorang ibu yang mengidap virus zika. Mikrosefali merupakan kondisi neurologis langka yang menyebabkan lingkar kepala bayi memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran kepala bayi pada umumnya.
Tedjo mengatakan, meski hubungan antara viruz zika dan mikrosefali pada bayi yang baru lahir, dari pengidap virus zika belum jelas benar dan belum bisa dijelaskan mekanismenya, tapi pihak pemerintah Brasil sudah mengkonfirmasi adanya kasus tersebut.
"Kemungkinan virusnya menginfeksi janin di kandungan dari ibu yang
terinfeksi zika. Kemudian diduga virusnya mempengaruhi perkembangan otak
embrio," ujar Tedjo.
Meski bisa mengganggu pertumbuhan embrio pada janin, Tedjo menjelaskan, pada orang yang tidak hamil, virus zika tetap tidak terlalu membahayakan. Penyembuhannya pun tidak terlalu rumit karena bersifat self-limited atau bisa hilang dengan sendirinya di tubuh pasien tanpa diobati.
Meski bisa mengganggu pertumbuhan embrio pada janin, Tedjo menjelaskan, pada orang yang tidak hamil, virus zika tetap tidak terlalu membahayakan. Penyembuhannya pun tidak terlalu rumit karena bersifat self-limited atau bisa hilang dengan sendirinya di tubuh pasien tanpa diobati.
Harus Waspada
Virus zika memang tidak lebih berbahaya dibandingkan demam berdarah dengue, namun Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menanggapi penyebaran virus tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Oscar Primadi pun menyarankan agar masyarakat melakukan pencegahan menggunakan cara yang tidak jauh berbeda dengan pencegahan demam berdarah.
Virus zika memang tidak lebih berbahaya dibandingkan demam berdarah dengue, namun Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menanggapi penyebaran virus tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Oscar Primadi pun menyarankan agar masyarakat melakukan pencegahan menggunakan cara yang tidak jauh berbeda dengan pencegahan demam berdarah.
Ia juga mengatakan tim surveilans Kemenkes sudah bekerja untuk menangani
masalah tersebut. Mereka sedang melakukan pengumpulan data terkait
virus zika sambil meningkatkan pencegahan penularan.
"Kalau untuk
penularan dari luar negeri kita tentunya ada KKP di pintu masuk
pelabuhan dan bandara, itu yang kita giatkan," ujarnya.
Keberadaan virus zika di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ditemukan
tahun lalu. Dari laporan tim Eijkman Institute telah ditemukan 103 kasus
yang mirip dengan infeksi virus dengue di Jambi, namun ketika diperiksa
hasilnya negatif dengue.
"Iya terkonfirmasi zika. Virusnya juga berhasil diisolasi dan disekuens genomenya," kata Tedjo.
Salah satu pasiennya adalah seorang laki-laki berumur 27 tahun. Ia dilarikan ke rumah sakit setelah dua hari mengalami gejala demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi pada lutut dan siku, nyeri otot, dan lesu. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama dua hari, pasien tersebut pun akhirnya sembuh.
"Iya terkonfirmasi zika. Virusnya juga berhasil diisolasi dan disekuens genomenya," kata Tedjo.
Salah satu pasiennya adalah seorang laki-laki berumur 27 tahun. Ia dilarikan ke rumah sakit setelah dua hari mengalami gejala demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi pada lutut dan siku, nyeri otot, dan lesu. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama dua hari, pasien tersebut pun akhirnya sembuh.
Post a Comment