Tenun Garut lahir kembali dalam bentuk baru yang lebih segar dan
kekinian. Dengan sentuhan teknologi modern, kain tradisional ini semakin
luwes diaplikasikan dalam gaya dan kebutuhan modern.
Cita Tenun Indonesia (CTI) dan PT. Perusahaan Gas Negara bekerja sama dengan perancang busana Biyan Wanaatmadja dan Hireka Vitaya membuat pelatihan dan pengembangan perajin tenun Garut.
Program yang digelar pada Maret 2016 hingga Februari 2017 ini diikuti 14 kelompok dan 28 perajin tenun di empat kecamatan di Kabupaten Garut. Ada tiga tim instruktur yang dilibatkan, yaitu tim desain, tim struktur kain, dan tim pencelupan (pewarnaan benang).
Cita Tenun Indonesia (CTI) dan PT. Perusahaan Gas Negara bekerja sama dengan perancang busana Biyan Wanaatmadja dan Hireka Vitaya membuat pelatihan dan pengembangan perajin tenun Garut.
Program yang digelar pada Maret 2016 hingga Februari 2017 ini diikuti 14 kelompok dan 28 perajin tenun di empat kecamatan di Kabupaten Garut. Ada tiga tim instruktur yang dilibatkan, yaitu tim desain, tim struktur kain, dan tim pencelupan (pewarnaan benang).
Cita Tenun Indonesia (CTI) adalah perkumpulan nirlaba yang didirikan
pada 2008 oleh beberapa perempuan dari berbagai latar belakang,
bertujuan melestarikan kain tenun Indonesia.
CTI telah mengembangkan sentra tenun di 10 wilayah dengan membuat 14 program pembinaan. Wilayah tersebut antara lain Bali, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Garut & Majalaya, Sambas, Bali Barat, serta Lombok dan Sumba (Nusa Tenggara Timur).
CTI telah mengembangkan sentra tenun di 10 wilayah dengan membuat 14 program pembinaan. Wilayah tersebut antara lain Bali, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Garut & Majalaya, Sambas, Bali Barat, serta Lombok dan Sumba (Nusa Tenggara Timur).
Mengutip dari CNN, ini adalah program ke-dua di Garut setelah pada 2010 – 2012 CTI bekerja
sama dengan perancang busana Sebastian Gunawan dan desainer interior
Agam Riadi membuat kolaborasi bertema “Metamorfosa”.
Hasil program pertama adalah desain dan teknik tenun ikat Garut yang
diolah menjadi produk fesyen siap pakai berkualitas tinggi dengan garis
desain modern.
Inovasinya memadukan tenun ikat Garut dengan teknik sulam, teknik plat, dan teknik twill (kepar silang) dengan garis desain modern sesuai perkembangan tren fesyen dan interior. Diperkenalkan juga tren warna polychromatic yang mencerminkan keanggunan gaya dan modern tetapi tidak meninggalkan cita rasa budaya tenun Garut.
Inovasinya memadukan tenun ikat Garut dengan teknik sulam, teknik plat, dan teknik twill (kepar silang) dengan garis desain modern sesuai perkembangan tren fesyen dan interior. Diperkenalkan juga tren warna polychromatic yang mencerminkan keanggunan gaya dan modern tetapi tidak meninggalkan cita rasa budaya tenun Garut.
Produk-produk interiornya juga telah diperkenalkan ke pasar dalam dan luar negeri melalui pameran dan fashion show.
Koordinator Pelatihan Tenun Garut Intan Fauzi Fitriyadi mengatakan dampak program pelatihan dan pengembangan perajin tenun Garut ini terlihat dari peningkatan jumlah perajin. Dari yang awalnya 25 orang, kini mencapai 90 orang, tersebar di Kampung Panawuan, Garut.
Program ke-dua diadakan di lima daerah, yaitu Kadungora, Tarogong, Kab. Tasikmalaya, Desa Ciawi, dan Desa Saluwu. Fokusnya pada lima kegiatan, yaitu pembentukan desa tenun kreatif mandiri, pemberdayaan perajin, pelibatan desainer dalam pengembangan tenun, pelatihan digital marketing, dan penerbitan buku.
Koordinator Pelatihan Tenun Garut Intan Fauzi Fitriyadi mengatakan dampak program pelatihan dan pengembangan perajin tenun Garut ini terlihat dari peningkatan jumlah perajin. Dari yang awalnya 25 orang, kini mencapai 90 orang, tersebar di Kampung Panawuan, Garut.
Program ke-dua diadakan di lima daerah, yaitu Kadungora, Tarogong, Kab. Tasikmalaya, Desa Ciawi, dan Desa Saluwu. Fokusnya pada lima kegiatan, yaitu pembentukan desa tenun kreatif mandiri, pemberdayaan perajin, pelibatan desainer dalam pengembangan tenun, pelatihan digital marketing, dan penerbitan buku.
Post a Comment