0

Nomofobia bisa jadi mulai tren beberapa tahun terakhir ini. Tak ada salahnya Anda memeriksa diri sendiri, jangan-jangan Anda mulai terserang hal ini.

Monofobia adalah ketakutan tidak bisa menggunakan gadget. Maka tak heran pengidapnya seringkalu merasa harus membawa charger, merasa cemas baterainya akan segera habis, bolak-balik mengecek pesan di ponsel dan bahkan saat tidur ponsel harus ada tepat disampingnya.

Pada tahun 2008 tak lama setelah iPhone diluncurkan, Patrick O'Neil mulai menemukan keanehan pada teman-temannya. Saat makan malam dia sampai harus meminta teman-teman untuk meletakkan ponsel.

O'Neil menyebut mereka sebagai nomofobia atau ketakutan jauh dari perangkat mobile.

Pada 2008 nomofobia adalah istilah cerdas untuk menggambarkan peningkatan pengaruh teknologi dalam hidup kita. Sejak itu pada peneliti mulai berpikir, jangan-jangan kondisi nomofobia memang benar nyata.

Nomofobia beda dengan kecanduan terhadap ponsel pintar.

Bragazzi saat ini bekerja di Iowa State University , Amerika Serikat untuk meneliti bagaimana cara mendiagnosis nomofobia. Dia mengatakan gejala nomofobia termasuk di antaranya adalah selalu membawa charger, merasa cemas membayangkan kehabisan baterai atau tak mendapat sinyal, bolak balik mengecek ponsel, tidur dengan ponsel dalam jangkauan, dan merasa cemas saat harus bertatap muka saat berkomunikasi.

Awak tahun ini universitas Bragazzi mengeluarkan kuis untuk membantu orang bagaimana mendiagnosis nomofobia.

Peserta harus menjawab pertanyaan yang mengidentifikasi secara luas apakah mereka setuju dengan pertanyaan seperti, "Saya merasa tak nyaman tanpa akses konstan untuk informasi dari ponsel saya."

Atau pertanyaan seperti ini, "Saya tak nyaman jika kehabisan pulsa dan quota internet saya menuju limitnya."

Penelitian lain dari University of Missouri yang dipublikasikan Januari lalu, menemukan bahwa ketakutan hidup tanpa ponsel bisa memicu masalah psikologi yang serius dan ada dampak psikologisnya.

Para peneliti meminta pengguna iPhone untuk mengerjakan puzzle di komputer, dan peneliti mengatakan pada mereka bahwa tujuan penelitian ini adlaah untuk menguji alat tekanan darah yang dikaitkan di tangan mereka menggunakan sinyal wireless.

.Bagian studi kedua, ponsel mereka di ambil dengan alasan bluetooth ponsel memengaruhi kerja alat tekanan darah.

Hasilnya, pada bagian kedua tanpa ponsel peserta studi mengalami peningkatan kecemasan, detak jantung dan tekanan darah dan lebih buruk performanya dalam mengerjakan teka-teki.

Namun Bragazzi menekan masih perlu banyak penelitian lain untuk mendalami monofobia. Hanya saja sembari menunggu hasil penelitian kita harus sadar bahwa ketertarikan masyarakat kini pada ponsel semakin meningkat. Bukan hanya soal sopan santun di meja makan lagi, tapi juga karena berbagai konsekuensi negatif nomofobia yang lain.

Post a Comment

 
Top