World Health Organization (WHO) mencatat angka kegemukan di dunia semakin meningkat. Jumlah orang yang mengalami kenaikan berat badan saja tercatat mencapai 2 miliar dengan 600 juta orang yang kegemukan.
Kegemukan bisa memicu munculnya lemak hati yang pada akhirnya bisa mengakibatkan kanker. Dari data yang pernah dihimpun oleh RS Medistra, dari sekitar 1054 samel yang diteliti, sebanyak 51% mengalami perlemakan hati. Sebanyak 41,2% keadaanya ringatn, 1,5% sedang, dan 8,3% mengidap perlemakan hati berat.
Pasien yang menderita perlemakan hati biasanya juga mengidap penyakit lainnya seperti hipertensi. Jadi, jangan pernah anggap enteng lemak pada hati.
Pada dasarnya, lemak hati tidak progresif. Namun, ada kondisi tertentu yang cukup kompleks sehingga menyebabkan lemak hati bisa mengarahkan pada penyakit yang lebih serius.
Lemak hati bisa memicu peradangan. Prevalensinya 6-13% perlemakan hati juga mengalami peradangan. Hal tersebut disebabkan lemak hatinya berubah menjadi agresif.
Adanya virus, seperti hepatitis B, diabetes militus, atau hepatitis C juga bisa membuat lemak hati memicu peradangan dan mempercepat kehagalan hati. Adanya perlemakan hati dan hepatitis B jadi memper berat penyakit hatinya.
Dari peradangan itu, kemungkinan sebanyak 9-20% akan mengarah pada pengerasan hati atau sirosis. Tahap inilah yang akan membawa penyakit ke arah yang lebih fatal. Jika tidak ditangani, dalam 5-7 tahun, penderita sirosis bisa mengalami gagal hati atau bahkan kanker hati. Saat itu, jalan satu-satunya adalah cangkok hati untuk menyelamatkan nyawa.
Profesor sekaligus konsultan internist-gastro entero hepatologist dokter Lesmana mengatakan, awalnya dokter Indonesia belum ada yang percaya kalau lemak hati bisa memicu kanker hati. Sekitar 20 tahun lalu, Lesmana mengikuti seminar di Amerika Serikat dan membawa fakta ini ke Indonesia.
Dulu lemak hati tidak dianggap serius. Betul tidak serius, tapi ternyata
ada juga yang menyebabkan peradangan. Kalau tidak diatasi akan
mengalami pengerasan hati, yang akhirnya jadi gagal hati atau kanker
hati. Bisa meninggal atau harus cangkok hati.
Namun, kesadaran akan ancaman lemak hati ini di Indonesia baru disadari beberapa tahun belakangan. Sejak tahun 2009 beberapa dokter melakukan penelitian untuk melihat adakah hubungan antara kanker hati dan lemak hati.
Data dari tiga rumah sakit besar, seperti RS. Cipto Mangunkusumo, RS.
Medistra, dan RS. Dharmais mencatat, penyebab kanker hati tertinggi
kedua setelah hepatitis B adalah non-viral. Mereka takut ini akibat perlemakan. Karena kanker hati tidak selalu karena hepatitis.
Post a Comment