0
 
Berdasarkan sebuah penelitian di Inggris. Bahwa perempuan mengalami rasa sakit emosional lebih besar setelah perpisahan dibanding laki-laki. Meski begitu, para peneliti mengatakan, seiring berjalannya waktu, perempuan menjadi lebih kuat, sementara laki-laki melanjutkan hidupnya tanpa sepenuhnya pulih dari perpisahan.

Craig Morris, peneliti dari Universitas Binghamton yang juga penulis utama penelitian mengatakan bahwa perbedaan tersebut dapat ditelusuri dalam biologi manusia. Perempuan akan menerima kehilangan lebih banyak ketika dia mengencani orang yang salah.

 Ada risiko investasi biologis yang lebih tinggi selama evolusi waktu. Akibatnya, perempuan menjadi lebih rewel dalam pasangan yang berkualitas tinggi. Itu sebabnya ketika hubungan berkualitas tinggi berakhir, perempuan akan lebih tersakiti daripada laki-laki.

Laki-laki juga akan merasa disakiti dalam jangka waktu yang lama karena kenangannya tenggelam dalam pikiran, para kaum laki-laki berjuang keras untuk menggantikan memori saat bersama pasangan dan di ganti dengan memori yang lain, atau mungkin rasa kehilangan itu tidak akan tergantikan.

Morris mengatakan, perpisahan adalah hal penting. Kebanyakan dari kita pasti akan mengalami rata-rata tiga kali perpisahan pada usia 30 tahun, dengan setidaknya satu hubungan punya pengaruh begitu kuat sampai menurunkan kualitas hidup selama beberapa minggu bahkan berbulan-bulan.

“Seseorang kehilangan pekerjaan, siswa keluar dari sekolah, dan individu memulai perilaku merusak diri setelah putus cinta,” katanya.

 Kendati perpisahan lebih merupakan pukulan berat bagi perempuan secara emosional dan fisik. Tapi perempuan lebih cepat untuk pulih secara utuh dan lebih kuat secara emosional. Di lain pihak, laki-laki, tidak pernah benar-benar pulih dari perpisahan, mereka hanya melanjutkan hidup berdasarkan temuan penelitian.

Post a Comment

 
Top