Tingkat cedera pemandu sorak lebih rendah daripada olahraga lain di sekolah menengah atas. Namun, kecelakaan yang terjadi pada olahraga pemandu sorak bisa lebih parah dan lebih mungkin mengakibatkan gagar otak, berdasarkan sebuah studi di Amerika Serikat.
Rata-rata, pemandu sorak biasanya mengalami kurang dari satu kali cedera untuk setiap 1.000 menit waktu partisipasi. Artinya, tidak lebih dari satu kecelakaan setiap 17 jam, ungkap studi tersebut seperti dilaporkan oleh Reuters.
“Kami percaya pemandu sorak memiliki tingkat cedera lebih rendah dari
olahraga lain karena sedikitnya kontak antara atlet dalam pemandu sorak,
berbeda dengan olahraga yang kerap terjadi tabrakan seperti football
dan lacrosse atau bahkan olahraga seperti sepakbola dan basket,” kata
penulis utama penelitian Dustin Currie, peneliti kesehatan masyarakat di
Universitas Colorado Anschutz Medical Campus.
Gegar otak adalah cedera yang paling umum terjadi pada pemandu sorak, jumlah sekitar 31% kasus, berdasarkan studi tersebut. Kendati demikian, gegar otak pada olahraga pemandu sorak secara signifikan lebih rendah dari semua olahraga lain, dan olahraga perempuan lain.
Namun, Currie mengatakan, meskipun tingkat cedera pemandu sorak lebih rendah, tapi ketika terjadi kecelakaan, mereka cenderung mengalami kondisi yang lebih parah dari olahraga lain, misalnya gegar otak, patah tulang, dan lain-lain.
“Mungkin karena karena sifat olahraga tersebut lebih mungkin jatuh dari
ketinggian, misalnya melompat sambil melakukan akroba, atau mendarat
pada atlet lain.” Para peneliti melaporkan dalam jurnal Pediatrics bahwa
lebih dari setengah dari semua kecelakaan olahraga pemandu sorak
terjadi saat melakukan akrobat.
Kendati hampir semua kecelakaan terjadi pada anak perempuan, tingkat cedera pada pemandu sorak laki-laki 33% lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemandu sorak laki-laki seringkali berada di dasar piramida dan melakukan formasi lain seperti akrobat di udara.
Post a Comment