0

Bagi para orangtua baru, memiliki anak pertama rasanya menjadi mimpi indah yang terwujud.

Tapi, kehadiran anak pertama ternyata juga membawa stres baru bagi sebagian ibu, apalagi sang anak yang masih di bawah 2 tahun. Tak jarang mereka kehilangan waktu tidur karena harus mengurus bayi mulai dari mengganti popok, menyusui hingga menidurkannya.

Kondisi tersebut merupakan salah satu dari beberapa faktor yang dapat meningkatkan tingkat stres seorang ibu.

Namun dalam sebuah penelitian yang dipublikasi dalam Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor, edisi Mei 2015 menemukan bahwa peran ayah dapat sangat membantu mengurangi tingkat stres ibu dalam mengasuh anak pertama di bawah usia 2 tahun.

Penelitian oleh Dian Yunita Sari, Diah Krisnatuti, dan Lilik Noor Yulianti dilakukan terhadap 120 ibu yang menjadi koresponden, 60 orang merupakan ibu bekerja dan 60 orang merupakan ibu tidak bekerja. Semua memiliki anak pertama di bawah usia 2 tahun.

 Dukungan sosial, misalnya dari ayah, orangtua atau mertua, dalam mengasuh anak ternyata sangat membantu ibu dalam mengurangi stres.

Dari hasil penelitian ini juga terungkap secara statistik bahwa ada korelasi antara tingkat pendidikan ayah terhadap stres yang dimiliki ibu dalam mengasuh anak.

"Penelitian ini menemukan bahwa pendidikan orang tua menentukan stres ibu, dalam hal ini pendidikan yang berpengaruh terhadap stres ibu adalah pendidikan ayah," tulis tim peneliti.

"Ayah yang berpendidikan tinggi dapat membantu pasangannya dalam menghadapi masalah sehingga ketegangan dan juga stres yang dialami oleh ibu berkurang."

Menurut pemaparan tim penulis, pendidikan orang tua yang tinggi memengaruhi tingginya strategi penanggulangan stres, membuka peluang bagi ayah untuk memiliki pekerjaan yang baik, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga yang berujung dapat mengurasi stres ibu.

Banyak Pengeluaran, Stres Berkurang

Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa ibu rumah tangga tidak dijamin bebas dari stres akibat mengasuh anak.  Untuk sumber stres individu akibat kesulitan ibu dalam mengasuh anak, ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga) memiliki kadar sumber stres individu tinggi lebih banyak dibanding ibu bekerja, yaitu 53% berbanding 48%.

Selain itu, pembagian waktu bagi untuk anak dari ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja juga tidak jauh berbeda. Rata-rata, seluruh ibu menghabiskan empat hingga delapan jam waktunya untuk anak.

Sebanyak 76% ibu bekerja menghabiskan waktu empat hingga delapan jam untuk anak, sedangkan ibu tidak bekerja sekitar 68%. Hanya 10% ibu tidak bekerja dan 3% ibu bekerja yang menghabiskan waktunya lebih dari delapan jam untuk mengasuh anak.

Penelitian ini  juga menemukan bahwa satu keluarga rata-rata mengalokasikan 42,4% dari total pengeluarannya untuk kebutuhan anak seperti makanan, pakaian, popok, hingga mainan dan pengasuh.  Keluarga yang memiliki ibu bekerja mengalokasikan lebih besar, sekitar 50%, sementara keluarga dengan ibu tidak bekerja hanya sekitar 43%.

Meski terhitung tinggi, ternyata pengeluaran untuk anak berkorelasi negatif terhadap stres ibu saat mengasuh. Hal ini berarti semakin besar pengerluaran untuk kebutuhan anak maka semaki rendah stres ibu.

"Tujuan utama ibu adalah agar anaknya bahagia dan memberi stimulasi psikososial yang baik, setelah memastikan kebutuhan dasar seperti gizi, pakaian, keamanan dan kenyamanan yang memadai," tulis tim penulis.

Para ibu disarankan belajar cara pengasuhan anak untuk menemukan solusi yang tepat dalam menangani masalah pada anak yang akan mengurangi tingkat stres.

"Orang tua hendaknya meningkatkan pendidikannya. Stres ibu dalam mengasuh anak juga meningkat ketika pengeluaran keluarga untuk anak naik, sehingga keluarga diharapkan menjadi keluarga sejahtera yang mampu memenuhi kebutuhan anak." 

Post a Comment

 
Top