0


Akhir-akhir ini sedang marak pemberitaan tentang adanya aliran sesat di tengah masyarakat ataupun kelompok radikal. Aliran sesat dan kelompok radikal ini pun tampaknya sedang gencar-gencarnya melakukan perekrutan. Tak tanggung-tanggung terkadang perekrutan dilakukan di tempat umum seperti mal.

Anak remaja biasanya menjadi sasaran dalam upaya ini. Apalagi mengingat anak remaja sedang pada tahap pencarian jati diri. Lalu apalagi yang mendasari mudahnya anak remaja direkrut kelompok radikal atau aliran sesat?

Mengutip dari CNN belum lama ini.  “Ideologi tertentu bisa diterima orang yang sesuai dengan latarbelakangnya, temanya dia. Sama seperti saya suka menonton film tertentu dan setelah ditelusuri itu menggambarkan tentang diri saya. Orang yang mudah masuk dalam perekrutan aliran sesat tersebut berarti merasa cara orang yang merekrut itu pas dengan latarbelakang, tema hidup, dan kekosongan yang ada dalam diri dia,” jelas Nathanael EJ Sumampauw, psikolog dari Universitas Indonesia.

 Orangtua tentu tidak ingin anaknya terjerumus dalam hal-hal negatif yang ada di kehidupan. Namun, terkadang orangtua lengah, yang justru membuat anak tidak punya pegangan dan mencari ‘jangkar’ di luar rumah.

Padahal, sudah menjadi peran orangtua untuk menjaga anaknya agar terus berada dalam jalur positif, sehingga anak mereka dapat menjalin kehidupan dengan baik diantara masyarakat.

Psikolog dari Universitas Indonesia Nathanael Sumampauw memberikan beberapa tips:

Dimulai dari rumah
“Langkah-langkah paling awal dimulai dari rumah, ciptakan suasana positif yang membuat anak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, yang kedua coba tekankan konsep kepedulian sosial pada anak. Jangan biarkan anak-anak tumbuh tanpa adanya sosialisasi dengan lingkungan sekitar, sehingga mereka hidup hanya dengan dirinya sendiri. Kita pun harus peduli dengan anak-anak yang ada di lingkungan sekitar walau itu bukan anak kita sendiri,” jelasnya.

Ciptakan kepercayaan pada anak
Selain langkah-langkah tadi, dalam hubungan antara orangtua dan anak sudah seharusnya terbangun “trust” atau kepercayaan. Hal ini juga dapat digunakan sebagai upaya menghindarkan anak dari efek buruk yang terjadi di lingkungan sekitar anak remaja. Ketika trust sudah terbentuk, maka anak akan dengan mudahnya menyampaikan apapun yang didapatnya dari lingkungan luar kepada orangtuanya.

“Trust ini susah sekali dibentuk. Orangtua harus memahami bahwa anak remaja itu dunianya lebih kompleks, sehingga biarkan mereka mengambil alih dengan lebih banyak bercerita, ciptakan suasana nyaman, bersahabat dan tidak cepat menghakimi, jangan menjadi orangtua yang sok asik, sok tahu dan jangan pernah menjelekkan anak di depan umum,” tutur Nathanael menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan orangtua.

Bila orangtua merasa sulit untuk membangun trust tersebut, maka cobalah rumus DHA dari psikolog Nathanael ini. Rumus ini dapat diterapkan pada anak sampai usia remaja.

D = Disiplin
Disiplin sangat penting. Cobalah terapkan sikap disiplin pada anak. Namun, bila menerapkan disiplin saja akan terasa seperti membentuk robot, maka tambahkan H.

H = Hangat
Kehangatan tentu dibutuhkan oleh anak. Kehangatan ibarat oksigen yang diperlukan anak untuk berkembang.

A = Aktivitas
Cobalah lakukan aktivitas sesering mungkin yang melibatkan kebersamaan antara anak dan orangtua.

Post a Comment

 
Top