Terjadinya peristiwa ledakan dan penembakan di Jakarta pastinya membuat orang-orang khawatir akan keselamatan jiwanya, pasangannya, dan juga anak-anaknya. Kondisi ini pastinya juga membuat banyak orang cemas dan panik.
"Orang tua wajar kalau mereka cemas dan takut anaknya trauma karena kejadian ini," kata Psikolog Anna Surti Ariani.
Hanya saja, ketika ingin memastikan kondisi anak-anak aman, ANda harus dalam kondisi tenang dan tidak panik.
"Pastikan bahwa saat Anda bicara dengan anak, suara Anda tetap tenang
dan nada rendah. Jangan bicara terlalu cepat," ucapnya. "Jangan lupa
perhatikan gerak tubuh dan raut wajah saat sedang bicara dengan anak
soal ini."
Menurut Nina, saat bicara, Anda tidak boleh menunjukkan gerak tubuh yang menunjukkan bahwa Anda ketakutan atau panik. Beberapa gerakan yang mengindikasikan ketakutan dan kerap dilakukan orangtua antara lain, meremas tangan anak, mengguncang tubuh anak perlahan menangis dan lainnya.
"Sebaliknya, meskipun pasti takut, tangan Anda harus santai. Mungkin
bisa sambil memeluknya perlahan da duduk di sebelahnya,” kata Nina.
Pembicaraan pun seharusnya dilakukan dengan nada bicara yang tenang. Dari situ, perlahan Anda bisa mulai menceritakan masalah yang terjadi.
"Misalnya, saat Anda tiba-tiba menjemput anak di sekolah hanya untuk memastikan dia aman. Ceritakan kepada dia, mengapa tiba-tiba Anda menjemputnya. Bilang saja, kalau tadi ada orang jahat yang meledakkan bom dan menembak. Jadi ibu ingin jemput kamu dan memastikan kamu aman. Karena ibu sayang sama kamu," kata Dina mencontohkan.
Yang harus diingat, jangan memberikan penjelasan detail soal kondisi korban yang penuh darah dan lainnya. Hal tersebut akan membuat anak jadi ketakutan.
"Yang harus diingat juga, kalimat yang penting disampaikan pada anak adalah kalimat 'ingin kamu aman,' 'sayang kamu,' Ini penting sebagai sebuah penegasan bahwa mereka aman bersama Anda."
Pembicaraan pun seharusnya dilakukan dengan nada bicara yang tenang. Dari situ, perlahan Anda bisa mulai menceritakan masalah yang terjadi.
"Misalnya, saat Anda tiba-tiba menjemput anak di sekolah hanya untuk memastikan dia aman. Ceritakan kepada dia, mengapa tiba-tiba Anda menjemputnya. Bilang saja, kalau tadi ada orang jahat yang meledakkan bom dan menembak. Jadi ibu ingin jemput kamu dan memastikan kamu aman. Karena ibu sayang sama kamu," kata Dina mencontohkan.
Yang harus diingat, jangan memberikan penjelasan detail soal kondisi korban yang penuh darah dan lainnya. Hal tersebut akan membuat anak jadi ketakutan.
"Yang harus diingat juga, kalimat yang penting disampaikan pada anak adalah kalimat 'ingin kamu aman,' 'sayang kamu,' Ini penting sebagai sebuah penegasan bahwa mereka aman bersama Anda."
Usia ideal anak
Pembicaraan soal teroris bukanlah hal yang mudah dicerna anak. Akan tetapi, orangtua juga tidak boleh menutupi fakta yang terjadi. Apalagi jika anak sudah menginjak usia sekolah dasar ke atas.
"Di usia ini anak-anak sudah tahu apa yang terjadi. Mereka bisa saja mendengar kejadiannya dari orang lain, berita dan lainnya. Untuk itu, Anda harus tahu sampai sebatas mana mereka tahu, agar jangan sampai dia trauma," jelasnya.
"Ketika anak mendapat banyak informasi, biasanya mereka jadi bias dan akhirnya tidak tahu mana yang benar dan salah. Ini tidak boleh didiamkan."
Hanya saja, lain soal kalau anak Anda masih batita. Nina menjelaskan, di usia batita mereka mungkin belum mengerti tentang apa yang terjadi. Namun, mereka bisa memerhatikan apa yang terlihat di televisi dan juga memerhatikan gerak tubuh orang di sekitarnya saat ketakutan.
Untuk itu, jika anak masih batita, sebaiknya berhati-hatilah saat sedang menonton televisi. "Kalau wajah mereka terlihat berubah, segera peluk dan beri mainan kesayangannya. Kalau masih bayi lebih baik disusui."
Pembicaraan soal teroris bukanlah hal yang mudah dicerna anak. Akan tetapi, orangtua juga tidak boleh menutupi fakta yang terjadi. Apalagi jika anak sudah menginjak usia sekolah dasar ke atas.
"Di usia ini anak-anak sudah tahu apa yang terjadi. Mereka bisa saja mendengar kejadiannya dari orang lain, berita dan lainnya. Untuk itu, Anda harus tahu sampai sebatas mana mereka tahu, agar jangan sampai dia trauma," jelasnya.
"Ketika anak mendapat banyak informasi, biasanya mereka jadi bias dan akhirnya tidak tahu mana yang benar dan salah. Ini tidak boleh didiamkan."
Hanya saja, lain soal kalau anak Anda masih batita. Nina menjelaskan, di usia batita mereka mungkin belum mengerti tentang apa yang terjadi. Namun, mereka bisa memerhatikan apa yang terlihat di televisi dan juga memerhatikan gerak tubuh orang di sekitarnya saat ketakutan.
Untuk itu, jika anak masih batita, sebaiknya berhati-hatilah saat sedang menonton televisi. "Kalau wajah mereka terlihat berubah, segera peluk dan beri mainan kesayangannya. Kalau masih bayi lebih baik disusui."
Post a Comment