0

Baru-baru ini, ahli astronomi menemukan cara memantau bagaimana 'pertumbuhan' galaksi Bima Sakti. Untuk pertama kalinya, ilmuwan membuat sebuah pemetaan galaksi Bima Sakti.

Dengan membuat sebuah grafik pertumbuhan kosmik dari galaksi Bima Sakti, di mana para ilmuwan menggabungkan penelitian dari survei Sloan Digital Sky serta menggunakan teknik baru untuk mengukur umur dari sebuah bintang.

Dari grafik ini, terlihat bahwa kepingan pusat galaksi terus 'bertumbuh' dan berdekatan dengan kumpulan bintang-bintang raksasa nan tua berusia sekitar 13 miliar tahun yang ditandai dengan warna merah. 

Di sisi luar galaksi, nampak bintang-bintang yang berusia lebih muda dan diperkirakan usianya baru mencapai 1 miliar tahun serta ditandai dengan warna biru.

“Yang bisa kami lakukan adalah memahami bahwa pembentukan galaksi secara rinci, melihat penyebaran usia, gradien usia, bagaimana usia berubah sebagaimana ditunjukkan dari fungsi panjang serta garis tengah kepingan galaksi,” ungkap ahli astronomi bernama Melissa Ness pada pertemuan American Astronomical Society.

Mengutip dari International Business Times, data menunjukkan bahwa galaksi Bima Sakti ternyata terus 'bertumbuh' dari 100 ribu hingga 160 ribu tahun cahaya.

"Dekat dengan pusat galaksi, kami melihat bintang tua terbentuk ketika mereka masih muda dan kecil. Sementara di luar, kami melihat bintang muda. Kami menyimpulkan bahwa galaksi kita bertumbuh 'ke luar'," kata Ness.

Peta ini tersusun dari data survei APOGEE (Apache Point Observatory Evolution Experiment) yang dapat mengidentifikasi 300 bintang secara serempak. Ilmuwan pun menggabungkan data pemantauan teropong antariksa Keppler hingga akhirnya data 70 ribu bintang merah dapat disusun ke dalam peta.

Untuk mengukur usia sebuah bintang, ilmuwan punya cara tersendiri. Ness beserta koleganya dari Max Planck Institute for Astronomy, Jerman menggunakan survei spektrum Sloan dan dibantu teleskop antariksa Kepler yang dapat mengungkap kandungan kimia sebuah bintang.

Ilmuwan pun mengkaji usia sebuah bintang dengan menganalisa rasio konsentrasi karbon dan nitrogen yang terpancar dengan menganalisa spektrum bintang. Bintang-bintang tua dan 'raksasa' yang ditandai warna merah memiliki kadar karbon dan nitrogen paling tinggi, sementara kandungan pada bintang 'muda' masihlah sedikit.

Secara teori, galaksi kita memang diketahui terbentuk dari dalam. Galaksi yang diperkirakan telah berusia 13,8 miliar tahun ini tersusun dari 27 persen materi gelap yang tidak terlihat dan 5 persen materi biasa.

Ketika gaya gravitasi materi gelap menarik hidrogen dan helium, gas yang mendingin tersebut akan membentuk bintang, di mana galaksi 'kerdil' dan gugusan bintang juga akan tertarik ke dalam oleh materi gelap di pusat galaksi.

Massa pusat galaksi pun perlahan meningkat dan akan berputar dengan cepat pada porosnya. Sementara, 'lengan' spiral galaksi menyusul terbentuk dari hasil interaksi dengan gas dan galaksi lain.

Pembuatan grafik pemetaan galaksi ini pun menjadi konfirmasi terhadap teori yang telah dikemukakan ilmuwan sebelumnya terkait revolusi galaksi.

Sampai saat ini, ilmuwan telah mempelajari sekitar 2.000 bintang dan menganalisa bagaimana rasio bisa berubah sesuai dengan massa bintang tersebut.

Hasil yang didapat pun selanjutnya digabungkan dan disimpan dalam model komputer, di mana selanjutnya hasil ini akan digunakan untuk melakukan kalkulasi massa serta usia 70 ribu bintang merah lainnya yang berhasil diidentifikasi melalui survei APOGEE.

"Ini adalah sebuah hal yang revolusioner karena usia adalah hal yang sebelumnya sangat sulit untuk diketahui, khususnya dari spektrum bintang. Ini adalah hal yang penting, namun sulit," kata Ness.

Post a Comment

 
Top