0

















Gagasan yang mengatakan, Anda harus tetap terhidrasi telah mendarah daging sejak kecil. Bagi para atlet, saran tersebut diterjemahkan menjadi minum yang banyak dan minum yang sering ketika berolahraga.

Namun pertemuan para ahli menyimpulkan, praktik meminum air seperti itu tidak hanya ketinggalan zaman, tapi juga berbahaya. Dilansir dari Washington Post, sebuah kelompok yang mewakili dokter olahraga, ahli fisiologi, dan pelatih, mengeluarkan pedoman baru.

Mereka menyarankan agar orang-orang berhenti minum secara berlebihan selama aktivitas fisik. Singkatnya, Anda hanya harus minum saat Anda merasa haus.

Para ahli mengatakan, minum yang agresif untuk mencegah dehidrasi itu sangat tidak diperlukan dan hanya membawa risiko lebih besar.

Untuk rekomendasi asupan cairan menyarankan, "Atlet harus mulai minum cairan sebelum timbul rasa haus ketika olahraga, dalam situasi dimana tingkat keringat yang tinggi dan dehidrasi bisa berkembang pesat."

Tapi sayangnya saran tersebut diikuti kesalahpahaman bahwa haus adalah tanda untk menggantikan cairan. Itulah yang membuat individu secara tidak sengaja minum secara berlebihan.

Bahaya minum berlebihan bisa serius. Dari pusing, mual, sampai edema serebral, dimana orak membengkak karena kelebihan air.

14 atlet termasuk perempuan yang menyelesaikan maraton Korps Marinin pada 2002 meninggal 2 hari setelah lari maraton, mereka meninggal karena minum berlebihan selama latihan, mereka diketahui mengalami kondisi hiponatremia atau EAH.

Ketika cairan berlebihan masuk, konsentrasi akan menurun secara drastis sehingga ginjal menjadi kelebihan beban dan tidak dapat mengekskresi beban air.

Sel-sel tubuh mulai menyerap air. Hal itu dapat menyebabkan pembengkakan di seluruh tubuh, yang paling serius adalah pembengkakan di otak, itu dapat menyebabkan kejang, koma bahkan kematian.


Post a Comment

 
Top