Dr. Timothy Harlan membuat beragam kurikulum sekolah kedokteran yang menggabungkan sains murni dan kelas memasak sehat.
Timothy Harlan bukanlah sekadar dokter. Seperti dilansir EatingWell, dia mulai bekerja di restoran pada usia 11 dan membuka restoran sendiri pada usia 22 tahun.
Namun ketika seorang anggota keluarga sakit keras, Harlan mengubah jalan kariernya dan mendaftar ke sekolah kedokteran. Namun demikian, passion-nya dalam bidang memasak tak pernah padam.
Timothy Harlan bukanlah sekadar dokter. Seperti dilansir EatingWell, dia mulai bekerja di restoran pada usia 11 dan membuka restoran sendiri pada usia 22 tahun.
Namun ketika seorang anggota keluarga sakit keras, Harlan mengubah jalan kariernya dan mendaftar ke sekolah kedokteran. Namun demikian, passion-nya dalam bidang memasak tak pernah padam.
Tak lama setelah Harlan menjadi staf di sekolah kedokteran Universitas
Tulane, dekan di sana datang dengan sebuah keluhan. Keluhan itu adalah
walau komunitas medis menganggap angka obesitas dan penyakit yang dapat
dicegah meningkat tajam, sekolah-sekolah kedokteran tidak mengajarkan
kepada calon dokter ini bagaimana mengkomunikasikan gizi dasar pada
pasien mereka.
Bersama chef dan ahli gizi Leah Sarris, Harlan menciptakan kurikulum kedokteran yang berbeda, yang menggabungkan ilmu murni dengan “ilmu kompor”.
Program ini diluncurkan pada 2012, dan pada Agustus 2014 universitas tersebut membuka Goldring Center for Culinary Medicine—pertama kali pengajaran dapur di sekolah kedokteran.
Ada modul wajib bagi mahasiswa tahun pertama dan kedua, juga kemungkinan spesialisasi diet, seperti menu untuk darah tinggi, bagi mahasiswa tahun ke-tiga dan ke-empat.
Mahasiswa yang ikut kuliah online bertemu di dapur untuk memasak bersama dan berbagi hidangan. Goldring Center juga menawarkan kelas memasak sehat bagi anggotanya.
Selain baru, program ini telah menciptakan generasi baru kedokteran profesional. Tujuh belas sekolah kedokteran, lebih dari 10 persen secara nasional AS, kini mengikuti program Tulane. Harlan berharap jumlah itu bertambah terus sebelum tahun akademik berakhir.
Tulane juga memiliki program pertukaran dengan College of Culi¬nary Arts di Johnson & Wales University (JWU) di Providence, Rhode Island, AS. Setiap tahun, Tulane jadi tuan rumah program pertukaran bagi beberapa dokter diet magang dan 12 mahasiswa kedokteran ke JWU selama 20 hari.
“Saya ingin mahasiswa dapat berbincang dengan pasien mereka tentang makanan, bukan hanya tentang gizi mikro,” ujar Harlan. “Pencegahan dan perawatan nonmedis harus menjadi bagian dari perangkat kita.”
Bersama chef dan ahli gizi Leah Sarris, Harlan menciptakan kurikulum kedokteran yang berbeda, yang menggabungkan ilmu murni dengan “ilmu kompor”.
Program ini diluncurkan pada 2012, dan pada Agustus 2014 universitas tersebut membuka Goldring Center for Culinary Medicine—pertama kali pengajaran dapur di sekolah kedokteran.
Ada modul wajib bagi mahasiswa tahun pertama dan kedua, juga kemungkinan spesialisasi diet, seperti menu untuk darah tinggi, bagi mahasiswa tahun ke-tiga dan ke-empat.
Mahasiswa yang ikut kuliah online bertemu di dapur untuk memasak bersama dan berbagi hidangan. Goldring Center juga menawarkan kelas memasak sehat bagi anggotanya.
Selain baru, program ini telah menciptakan generasi baru kedokteran profesional. Tujuh belas sekolah kedokteran, lebih dari 10 persen secara nasional AS, kini mengikuti program Tulane. Harlan berharap jumlah itu bertambah terus sebelum tahun akademik berakhir.
Tulane juga memiliki program pertukaran dengan College of Culi¬nary Arts di Johnson & Wales University (JWU) di Providence, Rhode Island, AS. Setiap tahun, Tulane jadi tuan rumah program pertukaran bagi beberapa dokter diet magang dan 12 mahasiswa kedokteran ke JWU selama 20 hari.
“Saya ingin mahasiswa dapat berbincang dengan pasien mereka tentang makanan, bukan hanya tentang gizi mikro,” ujar Harlan. “Pencegahan dan perawatan nonmedis harus menjadi bagian dari perangkat kita.”
Post a Comment