Jumlah pengemudi ojek perempuan di Jakarta semakin bertambah seiring dengan semakin menjamurnya layanan pemesanan ojek online, bahkan jumlah penyedia layanan ojek online khusus perempuan juga ikut berkembang. Kini ada jasa layanan Ladyjek dan Sister Ojek.
Reuters melaporkan bahwa sejak diluncurkan pada Oktober 2015 lalu, aplikasi Ladyjek telah diunduh lebih dari 50 ribu kali dan ratusan warga tercatat menggunakan setiap hari. Hal ini mennadakan bahwa permintaan layanan ojek khusus perempuan meningkat sejak mulai beroperasi.
Permintaan akan layanan ojek online khusus perempuan ini juga meningkat di tengah kondisi Jakarta yang rawan tindak kriminalitas. Kasus perkosaan yang banyak terjadi membuat banyak perempuan takut untuk memilih pengendara ojek laki-laki.
"Kalau di transportasi publik lainnya seperti angkot, saya tidak nyaman
harus desak-desakan dengan banyak laki-laki. Saya lebih merasa aman
ketika naik Ladyjek karena sopirnya perempuan," kata Uki Pratiwi, salah
satu pengguna ojek khusus perempuan, seperti dikutip Reuters.
Sosiolog Universitas Indonesia, Ganda Upaya mengatakan, selain faktor permintaan, fenomena meningkatnya permintaan layanan ojek yang dikemudikan perempuan ini juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu ekonomi.
Ganda Upaya mengatakan peningkatan jumlah penduduk membuat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin tinggi, dan ini mendorong kaum perempuan memutuskan untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Ganda Upaya juga menambahkan, kondisi ini lama-kelamaan mengubah norma yang ada di masyarakat. Jika sebelumnya perempuan tidak mau mengerjakan pekerjaan laki-laki, kini mereka mau melakukannya. AKhirnya masyarakatpun bisa menerima perubahan ini secara terbuka.
Apalagi kondisi ini didukung dengan bukti bahwa perempuan juga bisa melakukan pekerjaan yang tadinya hanya bisa dilakukan oleh laki-laki itu. Salah satunya menjadi sopir ojek, sopir bus, atau bahkan menjadi masinis, tambah Ganda.
Mengutip dari CNN. "Ada perubahan sosial yang besar dalam masyarakat Indonesia yang selama
ini patriarki. Perempuan sekarang merasa setara dengan laki-laki jadi
mereka merasa identitasnya sama-sama pekerja sekarang," kata Ganda
Perubahakn fenomena dan pergeseran norma yang telah terjadi saat ini, memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya, perempuan menjadi keleluasaan untuk mendapatkan pendapatan sendiri.
Lapangan pekerjaan semakin terbuka membuat perempuan tidak hanya menjadi ibu rumah tangga atau wanita pekerja kantoran, tapi bisa juga melakukan pekerjaan seperti sopir kendaraan umum.
Fenomena tersebut juga membawa dampak lain yang menurut Ganda
menyangkut masalah keluarga. Perempuan yang sudah berkeluarga biasanya
akan mengalami masalah pembagian kerja yang berkaitan dengan rumah
tangga demi profesi barunya itu.
"Pembagian kerja di rumah jadi
persoalan antara laki-laki dan perempuan. Harus ada kesepakatan di
antara keluarga misalnya bagaimana mendidik anak-anaknya," ujar Ganda.
Memang tidak bisa dimungkiri, menjadi pengemudi ojek secara tak
langsung juga akan menguras waktu perempuan untuk keluarga, apalagi
ketika si perempuan itu tidak bekerja sebelumnya. Jenis pekerjaan ini
memang tidak memiliki "jam kerja" tertentu dan pelaku bisa mengatur
sendiri hal itu. Hanya saja, untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
banyak maka waktu 'narik' juga harus lebih lama.
Sementara itu, bagi perempuan-perempuan yang masih lajang, akan terjadi perubahan lainnya. Secara sosiologis, Ganda mengatakan akan ada penundaan dalam usia pernikahan karena mereka lebih asyik bekerja.
Sementara itu, bagi perempuan-perempuan yang masih lajang, akan terjadi perubahan lainnya. Secara sosiologis, Ganda mengatakan akan ada penundaan dalam usia pernikahan karena mereka lebih asyik bekerja.
Post a Comment