0

Akhirnya, bunga pertama berhasil mekar di di ruang nol gravitasi antariksa. Sekitar pertengahan November 2015 NASA mengumumkan bahwa salah satu astronautnya, Kjell Lindgren merancang eksperimen penanaman bunga jenis zinnia di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Sesuai target awal, buga-bunga yang termasuk ke dalam jenis bunga matahari di keluarga aster itu betul-betul bisa tumbuh dan mekar di awal 2016.

Astronaut Scott Kelly yang juga sedang menjalankan misi di ISS sejak Maret 2015 memamerkan bunga zinnia yang telah mekar melalui akun Twitternya.

"Bunga pertama yang tumbuh di luar angkasa! Ya, ada bentuk kehidupan lain di antariksa!" kicau Scott di dalam akun Twitternya, @StationCDRKelly.

Di situs resmi NASA disebutkan bunga zinnia dipilih tak hanya karena rupanya yang cantik, namun juga diharapkan bisa membantu para ilmuwan memahami bagaimana tumbuhan seperti sayuran dan bunga bisa tumbuh di lingkungan mikrogravitasi.

Cara merawat bunga di antariksa: tidak semudah yang dibayangkan

Di ISS ada sebuah fasilitas yang sudah dipasang untuk menanam tumbuhan, yaitu Veggie. Proyek ini sudah ada sejak Mei 2014 dan sebelumnya sudah berhasil menumbuhkan selada merah romaine yang bisa dikonsumsi.


Manajer proyek Veggie, Trent Smith mengatakan proses menanam bunga zinnia sangat berbeda dengan selada romaine.

"Bunga zinnia lebih sensitif terhadap parameter lingkungan dan karakter cahaya. Durasi untuk menumbuhkannya antara 60 sampai 80 hari, membuatnya lebih sulit dari perkiraan," ucap Smith.

Maka Lindgren menggunakan cahaya LED merah, hijau, dan biru serta memberi pupuk dan menyiram zinnia agar mereka bisa tumbuh dalam waktu 60 hari.

Baru dua minggu selama masa pertumbuhan, Lindgren mencatat bahwa air sempat merembes keluar dari beberapa sumbu dan langsung 'menelan' tiga calon bakal bunga yang tumbuh. Dalam waktu 10 hari para ilmuwan mencatat adanya gutasi pada daun di beberapa tanaman.

Gutasi di sini memiliki arti bahwa ada kandungan air berlebihan yang keluar dari ujung daun tanaman. Mengapa bisa terjadi? tandanya tanaman sedang mengalami kelembaban tinggi.

Tak hanya itu, daun zinnia kala itu mulai membungkuk secara drastis. Tim ilmuwan pun meyakini zinnia mengalami aliran udara yang terhambat.

"Kami kemudian mengatasinya dengan meninggikan volume udara dari kipas di ruang Veggie agar mereka cepat kering," lanjut Smith.

Di tengah masa pertumbuhan tersebut, masa tugas Lindgren telah usai dan pada 18 Desember lalu ia kembali ke Bumi. Pantauan pertumbuhan bunga zinnia pun diberikan ke Scott.

Pada malam Natal, 24 Desember kemarin Kelly mendapati bunga zinnia justru mengalami kekeringan karena kipas di ruang Veggie terlalu kencang. Scott langsung berpikiran, saat itu giliran para tumbuhan membutuhkan air.

"Saya takut akan terlambat. Jika kita ingin ke Mars dan berniat menumbuhkan tumbuhan, tentu kami bertanggung jawab dalam menentukan kapan mereka membutuhkan air," ucap Scott.

Untungnya, sejak akhir Desember 2015 hingga awal tahun 2016, bunga zinnia menunjukan proses pertumbuhan yang cukup signifikan. Daun zinnia tidak lagi membungkuk dan berwarna hijau segar, seperti yang dipublikasikan Scott ke Twitter pada 8 Januari lalu.

Kemudian tercatat 12 Januari kemarin, Scott mengatakan kuncup bunga sudah mulai terlihat. Dari situ, butuh sekitar 7 sampai 10 hari agar zinnia betul-betul sempurna berbentuk bunga.

Melalui bunga zinnia, NASA ingin mengumpulkan data mengenai sikap serbuk sari bunga di antariksa dan bagaimana bunga ini memengaruhi "moral awak manusia".

Penelitian seperti ini juga dianggap penting untuk penjelajahan manusia yang lebih jauh di antariksa, seperti Mars. Awak astronaut nantinya diharapkan mampu menanam makanan sendiri tanpa bergantung pada pasokan dari Bumi.

Post a Comment

 
Top